MAKALAH
HADITS EKONOMI
ETOS KERJA
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mengikuti Mata Kuliah Hadits Ekonomi
Dosen pengampu : M. Ramadhan M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 1
Anisa Okta Hidayat
Ari Tri Wahyuni
Cika Siti Khusnul Fuad
Riyan Pangestu
Jurusan : Syari'ah
Semester : III
Program Studi : Ekonomi Syari'ah / D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) JURAI SIWO METRO
TA. 2015/2016
Kata
Pengantar
Assalamu'alaikum Wr.
Wb.
Alhamdulillah penulis bersyukur kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah –Nya, sehingga makalah kelompok ini
dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Penulisan makalah ini dibuat
sebagai media pembelajaran dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Hadits Ekonomi. Penulis
menyadari dalam menyelesaikan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
motivasi dan saran dalam proses pembuatan makalah ini. Demikian makalah ini
kami buat dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi kami
khususnya.. Amin
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.
Metro, 23 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
A. Etos Kerja
B.
Pekerjaan Yang Terbaik atau Dianjurkan
C.
Motivasi Untuk Bekerja
Bab
III Penutup
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
sebagai khalifah di bumi bertugas untuk memakmurkan bumi ini, dengan cara
mengolah dan menggunakan sumber daya alam yang telah diberikan Allah kepada
manusia. Semua itu disiapkan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
demikian, bahwa semua manusia harus berusaha dan bekerja keras demi
kelangsungan hidupnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Etos Kerja?
2.
Apa saja pekerjaan yang terbaik atau dianjurkan?
3.
Apa motivasi dalam etos kerja?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Umtuk mengetahui pengertian etos kerja
2.
Untuk mengetahui pekerjaan yang terbaik atau pekerjaan yang dianjurkan
3.
Untuk mengetahui motivasi dalam etos kerja
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Etos Kerja
Di dalam Al-Quran perintah bekerja
disebutkan secara beriringan dengan perintah melaksanakan sholat. Misalnya
dalam QS Al-Jumu’ah [62]: 10
#sÎ*sù ÏMuÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.ø$#ur ©!$# #ZÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÉÈ
Artinya:
"Kalau anda telah selesai melasanakan shalat, keluarlah kemana saja di
bumi Allah ini untuk mencari rezeki dan karunia Allah banyak-banyak agar kamu beruntung".
Kenentuan dalam ayat ini dapat di pahami
bahwa orang yang beriman itu adalah orang yang telah melasanakan tugasnya
sebagai hamba Allah (menjaga hubungan vertikal), ia harus bekerja keras, dan
tidak malas. Agar sukses dan tetap dalam koridor yang di inginkan Allah dan
Rasul Nya, Allah mengingatkan agar dalam bekerja manusia harus selalu banyak
mengingat Allah, sehingga tetap terjaga usaha yang di benarkan Allah, dan tidak
merugikan orang lain.
Islam sebagai agama yang sangat
memperhatiakan kebutuhan penganutnya, mempunyai perinsip keseimbangan dalam
ajaranya. Umat Islam di perintahkanuntuk menjalankam ajaran Islam, beberapa di
antaranya membutuhkan dana dan tenaga. Misalnya, ibadah haji, untuk umat Islam yang jauh dari
tanah haram, misalnya Indonesia, biaya yang di butuhkan begitu besar. Begitu
juga dengan ibadah zakat ,kewajiban membayar zakat sangat bergantung pada
kekayaan yang dimiliki. Untuk dapat menjalankan perintah tersebut, Islam
menyuruh pula umatnya untuk bekerja.
Etos berasal dari bahasa yunani yang
bererti ciri, sifat atau kebiasaan, adat istiadat, atau juga kecendrungan
moral, pandang hidup yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa.
Etos kerja dngan demikian adalah cara kerja
yang memiliki tiga dasar yaitu:
1.
Keinginan untuk menjunjung tinggi mutu kerja
2.
Mejaga harga diri dalam melasanakan pekerjaan
3.Kemampuan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat memalaui karya profesional
Orang yang memiliki etos kerja, akan
terlihat ketika bekerja ia mempunyai keinginan untuk menjunjung mutu pekerjaan,
bukan hanya sekedar bekerja memenuhi tugas atau kewajiban. Ketika bekerja ia
menjaga harga dirinya, bukan bekerja dengan menjatuhkan harga dirinya seperti
menjadi pengemis ketika ia memiliki kemampuan fisik, dan potensial lain. Di
samping itu, dengan profesi yang ditekuni memberi pelayanan kepada masyarakat.
Pembahasan tentang etos kerja ini penting
untuk memberikan pemahaman yang benar terdapat bagai mana Islam memandang
kerja. Di samping itu, untuk memberikan koreksian terhadap esensi kerja yang
selama ini pahami oleh sebagian umat Islam. Dalam QS. Al-Nah [16]: 14 Allah berfirman :
uqèdur Ï%©!$# t¤y tóst7ø9$# (#qè=à2ù'tGÏ9 çm÷ZÏB $VJóss9 $wÌsÛ (#qã_Ì÷tGó¡n@ur çm÷YÏB Zpuù=Ïm $ygtRqÝ¡t6ù=s? ts?ur ù=àÿø9$# tÅz#uqtB ÏmÏù (#qäótFö7tFÏ9ur ÆÏB ¾Ï&Î#ôÒsù öNà6¯=yès9ur crãä3ô±s? ÇÊÍÈ
Artinya:
"Dan Dia lah, Allah yang menundakan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,
dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia Nya dan supaya kamu
bersyukur."
Pesan kedua ayat ini memberikan kepada
manusia bahwa Allah telah mengatur sedemikian rupa bumi dan laut agar mudah di
kelola untuk bermacam usaha. Keinginan untuk menjunjung mutu pekrjaan akan
terlihat dalam cara seseorang memandang pekerjaan. Esensi bekerja bagi setiap
muslim harus di maknai sebagai salah satu perintah Allah sperti yang termaktub
dalam firman Allah dalam QS. Al -Jumu’ah di atas, bukan hanya sebagai tugas
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
■
Kiat Sukses Menurut RasuL
Bekerja
merupakan salah satu perintah Allah yang harus di lakukan oleh manusia dalam
kehiupannya. Hal ini terlihat dari rincinya aturanyayang diberikan Allah dan Rasul
tentang cara bekerja atau berusaha yang sesai dengan tuntutan Islam. Dalam QS.
Al- Jumu’ah ayat 10, ada perintah Allah untuk berusaha kemana dan dan dimana
saja. Setelah itu Allah memerintahkan untuk mencari rezeki Allah dari dan dalam
bentuk apa saja. Hal itu menunjukan bahwa umat Islam atau manusia secara umum
harus mempunyai etos kerja yang tinggi.
Perintah bekerja secara eksplisit di dalam
Al-Quran tersebut, diiringi pula dengan pemberian motivasi agar bekerja dngan
penuh keikhlasan dan dalam frame yang telah dituntutkan Allah dan Rasul.
Sebagai konsistensi dari kekhalifahan
manusia di bumi Allah ini, salah satu tugas manusia adalah memanfaatkan sumber
daya alam melimpah yang diberikan oleh Allah. Semua itu harus dicari dan di
upayakan untuk mendapatkannya. Dalam ayat kata “ibtida” menunjukan bahwa ada
usaha serius untuk mencari dan mengambil sesuatu yang sudah disediakan Allah
untuk makhluk Nya.
Dalam melasankan fungsi dan tugas sebagai
anggota masyarakat dan atau sebagai hamba Allah, manusia di tuntut untuk
mempunyai kemampuan personal dan kemampuan fungsional. Fungsi dan tugas itu
hanya dapat dilaksankan secara optimal apabila sesorang memiliki kekuatan dalam
berbagai hal. Sebagai contoh, sebagai ibadah yang di syariatkan islam seperti
haji dan jihad memnuntut adanya kekuatan iman, kekuatan fisik, kekuatan
ekonomi, dan kekuatan pikiran.
Oleh sebab itu, ajaran Islam dalam QS.
Al-Maidah[51] : 88 menganjurkan muslim memakan makanan yang halal dan bergizi
serta menjaga kesehatan agar fisik kuat. Islam juga menganjurkkan muslim agar
bekerja keras untuk kkuat ekonomi. Islam pun menganjurkan muslim menuntut ilmu
kemana pun agar kuat pengetahuan. Hal yang lebih penting lagi, Islam
menganjurkan untuk melakukan kebijakan dan meninggalkan maksiat agar iman
menjadi kuat.
Dalam salah satu sabda, Rasulullah
memberiakan arahan dan solusi yang dapat digunakan ketiga berusaha mencari
rezeki yang telah di perhatian Allah dalam ayat sebelumya.
عن
آبي هر ير ة قالرسو ل الله صلىالله عليه و سلم المؤ من القو ئ خير وأحب لي الله من
المؤ من الضعيف وفي كل خير احر ص علي ما ينفعك واستعن با لله ولا تعجزوا ن أصا بك
شئ فلا تقل لو أني فعلت كا ن كذا وكذا ولكن قل قدرالله وما شا ء فعل فاءن لو تقتح عمل الشطا ن
Artinya:
"Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah dan dalam segala situasi
lebih baik .ambisilah atas semua yang dapat memberikan manfaat kepadamu dan
mintalah pertolongan Allah, dan jangan lemah atau malas. Jika sesuatu menimpamu
,jangan lah engkau berandai-andai, tetapi katakanlah “Inilah ketetapan Allah
dan apapun yang Allah kehendaki itulah yang terjadi karena kata law
(seandainya) itu kunci pembuka untuk masuknya perbuatan setan".
Manusia dalam menjalankan fungsinya sebagai
khalifah Allah untuk mengelola semua yang telah diberikan Allah kepada manusia,
tetapi harus memiliki etos kerja yang tinggi. Dalam hadis diatas, ada beberapa
kiat sukses yang di turunkan Rasulullah saw :
1.
Seseorang harus memiliki kekuatan baik rohani, jamani, atau pun finansial
2.
Dalam kondisi dan situasi apa pun muslim harus selalu melihat sisi positifnya
3.
Dalam bekerja ,seseorang harus memiliki semangat tinggi dan mencari sesuatu
yang
bermanfaat
untuk kepentingan diri dan keluarga nya di dunia dan diakhirat, sehingga
tidak ada kesempatan yang terlewatkan
4.
Setelah berusaha mancari secara maksimal, harus memohonkan kepada Allah agar
selalu memberikan pertolongan allah,sehingga
dalam menjalankan usahanya
mendapatkan bimbingan dan masih dalam
koridor yang di tetapkan Allah
5.
Rasulullah menyarankan agar jangan lemah dan jangan berputus asa dalam mancapai
tujuan hidup
6.
Apapun yang di dapatkan dari usaha yang telah di lakukan secara maksimal, apa
lagi
hasilnya tidak sesuai dengan harapan, maka
jangan suka berandai-andai
7.
Ketka usaha telah dilakukan secara maksimal, maka apapun hasilnya itu yang
ditetapkan Allah.
B. Pekerjaan Yang Terbaik atau
Dianjurkan
Pada dasarnya, Islam tidak memberikan
batasan tentang bentuk pekerjaan yag dapat dilakukan, tetapi lebih ada
pemberian koridor yang ditetakan Islam untuk suatu pekerjaan dari sekian banyak
pekerjaan Rasulullah saw memberikan kita pekerjaan yang paling baik untuk
dilakukan.
Apabila
diperhatikan ketentuan dalam QS. Al-Jumu’ah : 10 yang telah diungkapkan didepan
terlihat bahwa perintah untuk mencari rezeki Allah dengan berbagai cara yang
enting tetap memperhatikan ketentuan yang telah ditetapkan Islam kata fi al-ard
dalam ayat tersebut memberikan pemahaman bahwa dimana saja dibumi Allah ini
dapat dijadikan sebagai lahan untuk mencari nafkah.
Penjelasan yang benar lapangan pekeraan
yang disediakan Allah cukup beragam, disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
pelakunya. Pengklasifikasian jenis pekerjaan terbaik dari sekian banya
pekerjaan yang ada.
Rasulullah saw tidak melupakan untuk menjelaskan
tentang lapangan pekerjaan yang dapat dijalani oleh muslim. Hal itu menunjukkan
bahwa Islam konsisten dalam membuat aturan Allah dlam Al-Qur’an telah
memberikan jaminan bahwa setiap hambanya ditanggung rezekinya. Untuk mengetehui
lebih jauh tentang pekerjaan yang dapat dilakukan dan bahkan mendapatkan
penilaian khusus dari Rasulullah saw.
■
Memproduksi sesuatu
Pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan
yang dapat memaksimalkan kreativitas, inovasi dan lebih produktif sebagai
produsen. Usaha yang baik adalah memproduksi sesuatu. Ada unsur kreativitas dan
inovasi dalam mengembangkan usaha dan mengubah sesuatu yang tidak berhaga menjadi barang yang bernilai jual.banyak
pekerjaan yang dapat masuk dalam kategori
ini, misalnya bertani, pertukangan, perindustrian.
a.
Optimalisasi lahan pertanian
Manusia
sebagain khalifah di bumi bertugas untuk memakmurkan bumi ini, dengan cara
mengolah dan menggunakan sumber daya alam yang telah di berikan Allah kepada
dan untuk manusia semua itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Membuka tanah
adalah suatu usaha pengembangan ekonomi dengan mengolah tanah yang belum
bertuan dan belum pernah di tanami, serta mengupayakannya agar dapat bermanfaat
untuk tempat tinggal, bercocok tanam. Pada dasarnya semua yang ada di dunia ini
di ciptakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia. Oleh
sebab itu semua itu harus di manfaatkan dan tidak boleh di biarkan terlantar. Begitu
juga dengan tanah harus di kelola dan di manfaat kan untuk kepentingan manusia.
Salah satu cara yang digunakan oleh islam
untuk memotifasi pengelolaan tanah terbengkalai itu adalah dengan memberikan
hak kepemilikan terhadap orang yang mau mengolah atau menjadikannya sebagai
lahan yang produktif.
Dalam hadis lain ada
anjuran secara eksplisit:
فليز
ر عها ارض لهكا نتمن صلى الله عليه وسلم قالا لنبي أن عبا س قا ل ابن عن ار ضه
فليمسك يمنحها لم فان خا هاليمنها يز ر عها لم فان
Artinya: "Ibnu Abbas
berkata: Sesungguhnya Nabi saw besabda, barang siapa yang punya tanah hendaklah
di tanaminya, atau di berikan faedah nya kepada saudaranya dan jika ia tidak
mau, maka tahan saja tanah itu".
Rasulullah saw menganjurkan untuk menanami
lahan, jika tidak bisa harus menyerahkan kepada orang lain untuk di garap. Jika
tidak juga, maka pemerintah dapat mengambil alih lahan tersebut.
Dari hadis di atas dapat diambil suatu
pelajaran bahwa Islam memberikan motivasi kepada umat Islam untuk tidak
memberikan ada aset yang non produktif. Ketentuan ini agak nya dapat di
berlakukan umum, karena Islam juga melarang orang untuk bermalas-malasan.
b. Pertukangan atau Perindustrian
Bentuk amal al-yad yang lain adalah
pertukangan yaitu menggunakan kemampuan yang ada utnuk memcari rezeki Allah
dengan cara mengolah bahan dasar (kayu) menjadi produk siap pakai seperti meja,
kursi, dan sejenisnya.
Bentuk lain adalah dengan perindustrian
yaitu dengan kemampuan yang dimiliki memproduksi bahan dasar menjdi sesuatu
yang siap pakai dengan penggunaan mesin. industri juga membuka lapangan kerja
bagi orang lain untuk memproduksi sesuatu.
Ada pula pekerjaan yang dapat di lakukan
dengan fikiran. Seperti yang di lakukan oleh para peneliti dan pengajar. Namun
dari sekian banyak pekerjaan tentu ada pekerjaan yang paling baik untuk di jadikan
sebagai profesi.
Dalam pemahaman secara kontekstual amal
al-yad dapat di maknai dengan penciptaan lapangan kerja sendiri untuk memproduksi
sesuatu.
c.
Perdagangan
Pekerjaan yang paling baik lain nya adalah
perdagangan yang bersih dari penipuan baik mengenai kualitas ataupun kuantitas
barnag yang di perdagangan.
Perdagangan di nyatakan Rasulullah sebagai
pekerjaan yang paling baik ke dua, karena pedagang menjdi penghubung antar
pembeli dengan produsen. Produsen tidak dapat memasarkan hasil produksi nya
tanpa bantuan pedagang, begitu juga konsumen akan kesulitan mendapatkan
kebutuhannya tanpa bantuan pedagang dengan kata lain pekerjaan sebagai pedagang
di satu sisi membantu produsen memasarkan hasil produksinya, dan membantu
konsumen untuk mendapatkan kebutuhanya dengan mudah.
C. Motivasi Untuk Bekerja
Ada beberapa cara yang di gunakan
Rasulullah dalam memberikan tuntutan kerja, di samping perintah juga di lakukan
dengan memberikan motivasi. Motivasi Rasulullah memberikan nilai terhadap hasil
kerja yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai sedekah. Disamping
itu, bekerja dinyatakan sebagai upaya menjaga harga diri
1. Pemenuhan Kebutuhan Hidup Sedekah
Dengan bekerja, manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, keluarganya, berbakti kepada keluarganya dan dapat
membantu memenuhi kebutuhan umat Islam pada umumnya. Bahkan dalam kenyataan
nya, usaha atau pekerjaanya yang di lakukan muslim untuk memenuhi kewajiban nya
sebagai penanggung jawab nafkah keluarga, maka usaha dan pemberian nafkah
tersebut dan dinilai sedekah oleh Allah, dalam hadis berikut secara eksplisit
dinyatakan oleh Rasulullah saw.
عن
أبي مسعود الا نصا ر يفقلت عن النبي صلي الله عليه وسلم قا ل اذا أ نفقالمسلم نفقة
علي أ هله و هويحتسبها كا نت له صد قة
Artinya:
"Dari Abu Masud Al-Anshari dari Rasulullah saw. Beliau bersabda apabila
muslim memberikan nafkah kepada keluarganya dan ia ikhlas maka dihitung sebagai
sedekah".
Bekerja dalam pandangan Islam bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
merupakan suatu kewajiban agama, sehingga perlu di perhatikan cara dan
proses kerja yang akan membawa konsekuensi terhadap hasil. Dalam hal yang akan
datang akan dikemukakan beberapa aturan yag harus diperhatiakan dalam bekerja.
Dalam kenyataan, sering terjadi kesalahan
dalam memahami aturan Islam, yang mengangap bekerja hanya urusan duniawi saja,
dan tidak memiliki dimensi ibadah ,namun jika diperhatiakn posisi bekerja dalam
Al-Qur'an di atas terlihat ada dimensi ibadah atau pelaksanan terhadap perintah
Allah.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,
manusia harus memenuhi beberapa kebutuhan hidupnya, baik dalam kebutuhan
primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan mendasar
yang sangat di perlukan oleh manusia seperti sandang, pangan, dan papan. Untuk
mendapatkan semua itu manusia harus berusaha. Banyak usaha atau pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.
Bekerja dengan demukian merupakan hal yang
sangat urgen. Apalagi dengan tingginya persaingan dalam hidup menuntut etos
kerja dan daya saing yang tinggi .Untuk itu semua, Allah telah membekali
manusia dengan berbagai perangkat yang dapat digunakan untuk bekerja. Ada
pekerjaan yang dapat dilakukan dengan otot atau menggunakan tenaga untuk
mengolah dan mengembangkan SDA yang sudah ada. Seperti dalam QS. Ibrahim [14] : 32
ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur tAtRr&ur ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ylt÷zr'sù ¾ÏmÎ/ z`ÏB ÏNºtyJ¨V9$# $]%øÍ öNä3©9 ( t¤yur ãNä3s9 ù=àÿø9$# yÌôftGÏ9 Îû Ìóst7ø9$# ¾ÍnÌøBr'Î/ ( t¤yur ãNä3s9 t»yg÷RF{$# ÇÌËÈ
Artinya:
"Allah lah telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari
langit, kemudian dia mengeluarkan dengan air hujan berbagai buah-buahan menjadi
rezeki untukmu dan dia telah menundukan bahtera bagimu supaya bahterai berlayar
di lautan dengan kehendak Nya dan dia
telah menundukan bagimu sungai-sungai". .
Banyak ayat lain yang memiliki pesan yang
sama seperti QS. Luqman ayat 20 dan QS. Al- Jasiah ayat 12 semua ayat memberikan
penjelasan bahwa manusia harus berusaha mencari rezeki Allah yang ada di bumi
dan lautan.
Pekerjaan dalam kontek
ini adalah bekerja dengan upaya bersunggung sunggunh dan penuh tanggung jawab
hal itu di pahami dari isyarat yabf secara inplisit terdapat dalam aturan yang
ada dalam alquran dan hadis agar setiap manusia memiliki etos kerja yang
tinggi.
2.
Menjaga Harga Diri
Perintah untuk kerja keras yang sudah di
kemukakan dalam QS. Al-Jumuah dan hadis sebelumnya mempunyai arti bahwa manusia
dilarang untuk bermalas-malasan.
Banyak orang yang di lihat dari fisik nya
mampu untuk di kerja tapi tidak mempunyai pekerjaan karean ia tidak mau
bekerja. Begitu juga sebaliknya, mau saja tidak cukup untuk melakukuan suatu
pekerajaan, apalagi di jaman yang persaingannya tinggi seperti sekarang.kalau
sesesorang tidak mempunyai kemampuan baik kemampuan fisik ataupun kemampuan
teknis dan akademis sulit baginya untuk dapat masuk dalam lapangan pekerjaan
yang di inginkannya. Ini lah salah satu faktor yang menyebabakan muncul nya
para tuna karya yang akhirnya turun ke jalanan menadahkan tangan, dan
mengharapkan belas kasih orang lain untuk menghadapi masalah ini jauh sebelum
ini Rasulullah saw telah mengemukakan dalam hidup manusia terhormat dan tidak
menjatuh kan harga diri dengan sabda nya yang dapat di pelajari untuk di
jadikan dalam pedoman, salah satu nya hadsi berikut ini
عن ابن عمر رضيالله
عنهما قا ل سمعت النبي صلي الله عليه و سلمقا ل و هوعلي المنبر وذكرالصد قة
والتعفف والمسأ لة اليد العليا خير من اليد السفلي فا ليد العليا هي المنفقة و
السفلي هي السا ئلة
Artinya: "Ibnu
Umar ra. mengatakan aku mendengar Rasulullah saw. menyampaikan di mimbar
tentang 3 hal yaitu sedekah, menjaga kehormatan dan minta-minta tangan di atas
lebih baik tangan di bawah tangan di atas adalah orang yang memberi dan tangan
di bawah adalah orang yang meminta".
Di dalam riwayat diatas, Rasulullah saw
menyampaikan tiga topik dalam waktu yang bersamaan topik tersebut tentang
sedekah, yang hanya dapat di lakukan oleh orang yang memiliki sesuatu yang akan
disedekahkan. Secara tidak langsung, seseorang harus memiliki sesuatu yang
dapat di sedekahkan kepada orang lain.
Topik kedua di sampaikan Rasulullah saw
tentang ta’afuf (menjaga harga diri).dalam hubungn sosial, harga diri sangat
tergantung dari sikap seseorang terhadap dirinya haraga diri dapat saja di
jatuhkan oleh diri sendiri.
Topik ketiga Rasulullah saw menyampaikan
minta-minta sepertinya, ada larangan Rasulullah saw untuk meninta-minta,
meskipun tidak tegas hal itu terlihat di akhir hadis yang menyatakan secara
tegas bahwa memberi lebih baik dari pada meminta didalam QS. Al-Dzariyat [51] :
19
þÎûur öNÎgÏ9ºuqøBr& A,ym È@ͬ!$¡¡=Ïj9 ÏQrãóspRùQ$#ur ÇÊÒÈ
Artinya: "Dan pada
harta-harta mereka ada hak untuk miskin yang meminta dan meminta orang miskin
yang tidak mendapat bagian".
Orang yang tidak mampu bekerja jangan
menjadikan alasan diatas sebagai pembenaran dari tindakan mereka untuk memnta
hak nya kepada orang yang kaya karena mendapatkan sesuatu dengan cara diberi
sangat berbeda dan mempunyai arti lain dari memperoleh sesuatu dengan cara
meminta telah di kemukankan seblum nya bahwa umat islam harus bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan hidup nya adanya peringatan dari Rasulullah saw bahwa
tangn di atas lebih baik dari tangan di bawah, di samping mengingatkan agar
jangn meminta, dapat juga di pahami
sebagai perintah untuk memberi.
Kemampuan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat melalui karya propesional nya merupakan unsur etos kerja yang ke
tiga hal ini menunjukan bahwa seseorang yang memiliki etos kerja tinggi
orientasinya adalah bagaimana dengan karya profesional nya dapat memberikan
pelayanan kepada orang lain bukan sebaliknya menjadiakn orang lain sebagai
lahan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Dalam hadis berikut ini secara tegas
Rasulullah saw memberikan penghargaan kepada orang yang mau berusaha dan
bekerja meskipun kelihatan nya pekerjaan itu tidak terlalu mendatangkan hasil
yang di inginkan.jika di bandingkan dengan meminta minta, apapun bentuk dan
bagaimana pun rendah nya pekerjannya, maka bekerja jauh lebih baikdari pada
meminta-minta.
Perhatikan
hadis berikut ini
أبو هر ير ة رضي الله
عنه يقو ل قال رسو ل الله عليه و سلم لا نيحتطب أحدكم حز مة على ظهره خير له من أن
يسأل أحد فيعطيه أو يمنعه
Artinya: "Abu
Hurairah mengatakan bahwa Rasul bersabda sungguh salah seorang di antara kamu
yang mencari kayu bakar dan membawa nya di punggung nya jauh lebih baik dari
pada meminta minta kepada orang lain, ia
di beri atau tidak".
Dari hadis di atas terlihat bahwa bekerja
apapun dan pekerjaan yang di lakukan (mencari kayu bakar) dan menjual nya lebih
baik dari meminta minta. Secara sosial orang yang meminta minta telah
menjatuhkan harga diri nya di depan orang lain. Dalam riwayat lain, orang yang
meminta-minta diberi ancaman pada hari akhir nanti ia akan dibangkit dengan
kedaan “muka yang tidak memiliki sepotong daging pun” semua itu menunjukkan
bahwa meminta-minta merupakan suatu pekerjaan tidak dilakukan.
Ada dalam hadits lain bahwa seserang yang
dibeikan sesuatu oleh orang lain bukan karena meminta, tidak boleh pula menolak
pemberian itu seperti yang dialami oleh Umar Ibnu Al-Khattab ketika diberi oleh
Rasulullah beliau menolak dn meminta Rasulullah untuk memberi orang yang lebih
fakir.
■
Motivasi Kerja Dalam Islam
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari
masalah usaha sebagai salah satuperwujudan aktivitasnya, baik yang menyangkut
aktivitas fisik maupun mental. Sepanjang hidupnya, manusia tetap bekerja karna
tanpa bekerja manusia akan mengalami berbagai kesulitan hidup. Kekuatan
motovasi dalam bekerja atau berbisnis dalam islam adalah fastabiqul khoirot ( berlomba-lomba dalam
kebaikan) untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik, psikologis
maupun sosial. Dengan pekerjan,manusia akan memperoleh kepuasan-kepuasan
tertentu karena terpenuhi kbutuhanya. Selain itu kepuasan seseorang terhadap
pekerjan juga dapat diproleh melalui berbagai bentukkepuasan yang dapat di
nikmati di luar kerja misalnya kepuasan sewaktu belanja, menikmati liburan, dan
yang lebih mendasar lagi dapat menghidupi diri dan keluarganya.
Selain
itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial dan individu itu
sendiri. Dukungan sosial ini dapat berupa penghargaan masyarakat terhadap
aktivitas kerja yang di tekuni.sdangkan dukungan indivdu dapat berupa
kebutuhan-kebutuhan yang melatar belakangi aktivitas kerja,seperti kebutuhan
untuk berproduksi, berkreasi, dan memperoleh pengakuan dari orang lain,
memperoleh prestasi serta kebutuhan-kbuuhan lainya. Pekerja merupakan kegiatan
pokok dari aktivitas kemanusiaan yang dapat di bagi menjadi sejumlah dimensi
yaitu dimensi fisiologis, psikologis, ikatan sosial dan kelompok, dan kekuasaan
ekonomi.
1. Dimensi Fisiologis
Dimensi fisiologis adalah dimensi yang
memandang bahwa manusia bukanlah mesin. Manusia dalam bekerja, tidak dapat di
samakan dengan esin. Mesin dapat melakukan tugas yang berulang-ulang secara
terus menerus, dengan iramakerja yang menonoton dengan kecepatan yang sesuia
dengan yang di kehendaki. Sedangkan manusia tidak dapat diperlukan seperti
mesin manusiamerasa mudah merasa lelah dan bosan apabila tanpa variasi kerja
2.
Dimensi Psikologis
Dimensi psikologis merupakan suatu dimensi
kerja di samping merupakan suatu beban, juga merupakan suatu kebutuhan dengan
demikian bekerja juga merupakan upaya mengembangkan kepribadian. Pekerjaan
merupakan suatu cara manusia menyatakan harga dirinya. Apapun kayanya
seseorang, ia memelukan pekerjaan. Manusia tanpa kerja akan menimbulkan kisis
kepribadian. Bahkan, tidak jarang orang menjadi stres karena sulit mendapatkan
pekerjaan.
3 Dimensi
Ikatan Sosial Dan Kelompok
Pekerjaan dapat menjadi pengikat sosial dan
kelompok karena pekerjaan dapat menjadi cara seseorang untuk memasuki suatu
ikatan kelompok tertentu, dengan pekerjaan seseorang dapat menyatakantentang
bagaimana status yang di milikinya dalam satu propesi. Ikatan pekerjaan atau
ikatan profesi dapat merupakan suatu ikatan tersendiri di luar ikatan keluarga
yang di miliki, dan inimerupakan suatu ikatan yang sangat
penting.denganpekerjaanya seseorang akan memperoleh teman-teman tempat
berkumpul, berdiskusi, menghalau kesepian atau melakukan aktivitas lain yang
sangat besar artinya bagi kehidupanyasebagai mahluk individu maupun sebagai
mahluk sosial.
4.
Dimensi Kekuasaan Eknomi
Dimensi ini meiliki tiga aspek :perama,
bahwa kekusaan dalam bekerja slalu ada, terutama jka seseorang bekerja dalam
suatu organisasi kerja, bagaimanapn setiappkrjaan dalam ruang lingkup suatu
organisasi kerja sealalada wewenang pribadi. Dalam organisasi kerja, pekerjan
harus di susun sedemikian rupasehingga ada jadwal, jlas pendelegasian wewenangnya.
Kedua, bahwa pekerjaan merupakan sumber mata pencaharian bagipat menjadi suber
kegiatan seseorang. Pekerjaan dapat menjadi sumber kegiatan ekonomi untuk masa
sekarangmaupun untuk masa yang akan datang. Dengan adanya sumber penghasilan
inilah seseorang dapat hidup secaramandiri dan menghidupi keluarganya. Ketiga,
bahwa setiap orang dalam pekerjaan akan memberikan sumbangan berdasarkan pada
apa yang sudah mreka lakukan. Bagaimanapun rendahnya jabatan seseorang, ia
pasti akan dapatmemeberikan sumbangan terhadap tujuan yang hendak di capaidaa
organisasi kerja bila berwira swata maka ia mendapat hasil sesui
prudukfitasnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Manusia sebagai khalifah di bumi bertugas
untuk memakmurkan bumi ini, dengan cara mengolah dan menggunakan sumber daya
alam yang telah diberikan Allah kepada dan untuk manusia. Semua itu disiapkan Allah
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Dengan demikian, bahwa semua manusia harus
berusaha .
Di dalam Al-Qur'an perintah bekerja
disebutkan secara beriringan dengan perintah melaksanakan sholat. Misalnya
dalam QS Al-Jumu’ah [62]: 10
Artinya
: "Kalau anda telah selesai melasanakan shalat, keluarlah kemana saja di
bumi Allah ini untuk mencari rezeki dan karunia Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung".
Kenentuan dalam ayat ini dapat di pahami
bahwa orang yang beriman itu adalah orang yang telah melasanakan tugasnya
sebagai hamba Allah (menjaga hubungan vertikal), ia harus bekerja keras, dan
tidak malas. Agar sukses dan tetap dalam koridor yang di inginkan Allah dan
Rasul Nya, Allah mengingatkan agar dalam bekerja manusia harus selalu banyak
mengingat Allah, sehingga tetap terjaga usaha yang di benarkan Allah, dan tidak
merugikan orang lain.
B.
SARAN
Menurut kami, manusia adalah makhluk hidup
ciptaan Allah yang mempunyai akal untuk berfikir dan bekerja. Sehingga manusia
harus tetap semangat dalam bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Taufik. 1978. Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: LP3ES
Kindelberger
dan Lindert. 1983. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga
Luth,
Thohir. 2001. Antara Perut Dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Gema
Insani Press.
Maslow,
Abraham. 1970. Motivation And Personality. New York: Harper & Row
Tidak ada komentar:
Posting Komentar